Bedah buku Gusdur, karya Titus Pekey. Foto: Jhon |
Jakarta, MAJALAH
SELANGKAH -- Direktur Lembaga Ekologi Papua (EPI), Titus Chris Pekey menerbitkan buku
tentang Gusdur berjudul, Gusdur, Guru dan Masa Depan Papua: Hidup Damai Lewat
Dialog. Buku setebal 253 halaman ini disunting oleh Apul D. Maharadja dan
diterbitkan PT Pustaka Sinar Harapan.
Kepada para peserta
yang datang mengikuti bedah buku ini di Gedung Sinar Kasih lantai 6, Jakarta
Timur, Kamis, 31/1) lalu, Titus
mengatakan, buku itu ia tulis sebagai penghargaan kepada Gusdur yang telah
mengubah iklim demokrasi di Papua.
K.H.Abdurrahman Wahid (Gusdur), Presiden Indonesia ke IV
pada era reformasi itu dianggap menjalankan perdamaian itu keadilan, bukan
keamanan. Ia mengedepankan pendekatan kemanusian dan keadilan. Ia juga dinilai memahami
kultur budaya Indonesia secara menyeluruh. Maka, pada bulan Desember 1999 silan,
Gusdur berkunjung ke Papua untuk
berdialog dan mendengarkan aspirasi dari manusia Papua.
Dia datang di Irian Jaya saat itu, kini Papua dan menggerakan
hati untuk mengutamakan hidup damai lewat berdialog. Ia orang biasa-biasa
sehingga ketemu dengan masyarakat Papua seperti orang biasa-biasa untuk
mendengarkan aspirasi masyarakat Papua, kata Titus Pekei.
Titus Pekey, putra Papua yang nominasikan Noken Papua ke
UNESCO itu memberikan bukti bahwa Gusdur berjasa bagi Papua. Buktinya, tanggal
1 Januari 2000, Gusdur mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua. Ia juga mengizinkan
Bendera Bintang Kejora dikibarkan bersampingan dengan merah putih. Juga,
perbolehkan dinyayikan lagu kebangsaan, Hai Tanahku Papua.
Titus mngharapkan, budaya dialog terus dibangun oleh
pemerintah Indonesia. Selain saya apresiasi atas Gusdur, sebenarnya saya juga
sedang mencari sosok pemimpin bangsa Indonesia yang mengedepankan budaya dialog
dalam melihat dan mengatasi berbagai masalah di Papua.
Menanggapi anggapan, Gusdur memecah
belah persatuan, Titus mengatakan, Gusdur, justru melindungi keberagaman. Papua,
Gusdur dinilai memecah belah keberagaman, padahal tidak. Ia memperkuat
persatuan yang asli, tidak dibuat-buat, katanya. (Jhon Pekey/MS)
0 komentar:
Posting Komentar