Rabu, 17 April 2013

Sebuah buku Membangkitkan Papua

Jakarta-Berangkat dari keinginan untuk membantu meningkatkan minat baca bagi bagi masyarakat Papua melalui perpustakaan, menjadi semangat bagi lahirnya gerakan sosial bernama @bukuntukpapua.
Seiring dengan berjalannya waktu, saat ini, gerakan yang dimotori Dayu Rifanto itu sudah memiliki beberapa drop off untuk pengumpulan buku yang tersebar di beberapa kota besar, seperti Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
Drop off ialah sukarelawan yang menyediakan rumahnya digunakan sebagai tempat mengumpulkan buku sumbangan untuk sementara waktu sampai bisa dikirimkan ke Papua.
Menurut Dayu Rifanto @bukuntukpapua bermula dari keinginan untuk membantu sahabat baiknya di Nabire bernama Longginus Pekei, yang ingin membuat sebuah perpustakaan mandiri, tetapi tidak memiliki buku.
"Awalnya hanya untuk satu perpustakaan, tetapi karena permasalahan di daerah-daerah di Papua relatif sama, yakni minat baca rendah, buku yang mahal dan sebagainya, kami bergerak lebih luas, mendukung proses pemberdayaan masyarakat di Papua dengan menyumbang dan mengajak peran aktif masyarakat untuk menjaga, mengelola perpustakaan,” ujar Dayu kepada Wartakotalive.com, Minggu (10/2).
Dengan adanya aksi ini, Dayu berharap masyarakat Papua kelak bisa memiliki pengetahuan yang semakin baik.
Ia memimpikan suatu hari nanti akan banyak perpustakaan mandiri yang berdiri di Indonesia paling timur itu.
Kampanye melalui sosial media
Upaya pengumpulan buku untuk disumbangkan ke Papua, sejauh ini masih mengandalkan jejaring sosial media. Ini dianggap sebagai metode cara efektif untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat mengenai program peningkatan mutu pendidikan di Bumi Cenderawasih.
“Melalui akun twitter @bukuntukpapua aktif untuk mengorganisir pengumpulan buku di masing-masing daerah,” kata Dayu.
Komunitas ini juga aktif memperbaruhi fan page Facebook ‘bukuntukpapua’ supaya masyarakat bisa mengikuti semua perkembangannya gerakan sosial.
Selain itu, mereka juga menggunakan blog www.bukuntukpapua.wordpress.com untuk berkomunikasi dengan masyarakat.
“Tujuannya agar orang luas bisa membaca dan mengerti permasalahan yang kami alami bersama lalu tergerak mensupport gerakan ini,” ungkap Dayu.
Proses pengumpulan buku
Komunitas @bukuntukpapua membuka pintu lebar kepada semua pihak untuk bergabung dengan menjadi mitra pengumpul buku.
“Yang mereka lakukan adalah dengan membantu mengumpulkan buku, dan setelah itu mengirimkannya ke Papua. Di papua sendiri, melalui jejaring yang bersedia membantu, buku-buku akan dikelola dalam perpustakaan sesuai dengan kemampuan pengelola mengelola perpustakaannya,” kata Dayu.
Ke depan, @bukuntukpapua berharap bisa bekerja sama dengan berbagai kalangan yang ingin berkontribusi pada peningkatan pendidikan di Papua, misalnya dengan mengisi kegiatan mendongeng, menari, menggambar, memainkan alat musik, maupun bahasa.
Semua bisa jadi mitra
Dayu menjelaskan siapa saja bisa menjadi perpustakaan mitra dari @bukuntukpapua. Calon mitra hanya diminta mengisi formulir sebagai perpustakaan mitra dan dapat bekerja sama. Kemudian bersedia mengupdate informasi via blog, membuka perpustakaan untuk dapat dibaca masyarakat umum, serta tidak menjual buku yang disumbangkan.
Mitra pengelola ialah rekan yang berkenan mengelola perpustakaan di Papua.
“Yang terpenting adalah bersedia mengikuti nilai -nilai dari @bukuntukpapua saat melakukan pendaftaran awal, sehingga tidak terjadi hal-hal yang kontra produktif yang merugikan nama baik dari gerakan @bukuntukpapua,” kata Dayu.
Selain menjadi mitra perpustakaan, ada beberapa istilah yang kerap digunakan di gerakan @bukuntukpapua. Di antaranya, kurir buku, drop off, dan mitra pengelola.
Kurir buku ialah sukarelawan yang tugasnya mengambil buku dari donatur dan mengantarkannya ke drop off di kota masing-masing. Sebelum semua sumbangan dikirim ke Papua.

0 komentar:

Posting Komentar