Jakarta-Berangkat
dari keinginan untuk membantu meningkatkan minat baca bagi bagi masyarakat
Papua melalui perpustakaan, menjadi semangat bagi lahirnya gerakan sosial
bernama @bukuntukpapua.
Seiring
dengan berjalannya waktu, saat ini, gerakan yang dimotori Dayu Rifanto itu
sudah memiliki beberapa drop off untuk pengumpulan buku yang tersebar di
beberapa kota besar, seperti Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Semarang, dan
Surabaya.
Drop
off ialah sukarelawan yang menyediakan rumahnya digunakan sebagai tempat mengumpulkan
buku sumbangan untuk sementara waktu sampai bisa dikirimkan ke Papua.
Menurut
Dayu Rifanto @bukuntukpapua bermula dari keinginan untuk membantu sahabat
baiknya di Nabire bernama Longginus Pekei, yang ingin membuat sebuah
perpustakaan mandiri, tetapi tidak memiliki buku.
"Awalnya
hanya untuk satu perpustakaan, tetapi karena permasalahan di daerah-daerah di
Papua relatif sama, yakni minat baca rendah, buku yang mahal dan sebagainya,
kami bergerak lebih luas, mendukung proses pemberdayaan masyarakat di Papua
dengan menyumbang dan mengajak peran aktif masyarakat untuk menjaga, mengelola
perpustakaan,” ujar Dayu kepada Wartakotalive.com, Minggu (10/2).
Dengan
adanya aksi ini, Dayu berharap masyarakat Papua kelak bisa memiliki pengetahuan
yang semakin baik.
Ia
memimpikan suatu hari nanti akan banyak perpustakaan mandiri yang berdiri di
Indonesia paling timur itu.
Kampanye
melalui sosial media
Upaya
pengumpulan buku untuk disumbangkan ke Papua, sejauh ini masih mengandalkan
jejaring sosial media. Ini dianggap sebagai metode cara efektif untuk
menyebarkan informasi kepada masyarakat mengenai program peningkatan mutu
pendidikan di Bumi Cenderawasih.
“Melalui
akun twitter @bukuntukpapua aktif untuk mengorganisir pengumpulan buku di
masing-masing daerah,” kata Dayu.
Komunitas
ini juga aktif memperbaruhi fan page Facebook ‘bukuntukpapua’ supaya masyarakat
bisa mengikuti semua perkembangannya gerakan sosial.
Selain
itu, mereka juga menggunakan blog www.bukuntukpapua.wordpress.com untuk
berkomunikasi dengan masyarakat.
“Tujuannya
agar orang luas bisa membaca dan mengerti permasalahan yang kami alami bersama
lalu tergerak mensupport gerakan ini,” ungkap Dayu.
Proses
pengumpulan buku
Komunitas
@bukuntukpapua membuka pintu lebar kepada semua pihak untuk bergabung dengan
menjadi mitra pengumpul buku.
“Yang
mereka lakukan adalah dengan membantu mengumpulkan buku, dan setelah itu
mengirimkannya ke Papua. Di papua sendiri, melalui jejaring yang bersedia
membantu, buku-buku akan dikelola dalam perpustakaan sesuai dengan kemampuan
pengelola mengelola perpustakaannya,” kata Dayu.
Ke
depan, @bukuntukpapua berharap bisa bekerja sama dengan berbagai kalangan yang
ingin berkontribusi pada peningkatan pendidikan di Papua, misalnya dengan
mengisi kegiatan mendongeng, menari, menggambar, memainkan alat musik, maupun
bahasa.
Semua
bisa jadi mitra
Dayu
menjelaskan siapa saja bisa menjadi perpustakaan mitra dari @bukuntukpapua.
Calon mitra hanya diminta mengisi formulir sebagai perpustakaan mitra dan dapat
bekerja sama. Kemudian bersedia mengupdate informasi via blog, membuka
perpustakaan untuk dapat dibaca masyarakat umum, serta tidak menjual buku yang
disumbangkan.
Mitra
pengelola ialah rekan yang berkenan mengelola perpustakaan di Papua.
“Yang
terpenting adalah bersedia mengikuti nilai -nilai dari @bukuntukpapua saat
melakukan pendaftaran awal, sehingga tidak terjadi hal-hal yang kontra
produktif yang merugikan nama baik dari gerakan @bukuntukpapua,” kata Dayu.
Selain
menjadi mitra perpustakaan, ada beberapa istilah yang kerap digunakan di
gerakan @bukuntukpapua. Di antaranya, kurir buku, drop off, dan mitra
pengelola.
Kurir
buku ialah sukarelawan yang tugasnya mengambil buku dari donatur dan
mengantarkannya ke drop off di kota masing-masing. Sebelum semua sumbangan
dikirim ke Papua.
0 komentar:
Posting Komentar